Rupiah Ditutup Stagnan di Rp15.623 per USD Jelang Akhir Pekan

(Foto: Okezone)

Dialogis.id – JAKARTA, Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup stagnan di level Rp15.623 setelah sebelumnya sempat menguat di level Rp15.622 pada hari ini, Jumat (16/2/2024).

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah stagnan didorong oleh data laporan ketenagakerjaan AS yang menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 8.000 menjadi 212.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 10 Februari.

(Foto: Okezone)

“Hal ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat. Data lain menunjukkan produksi industri AS bulan lalu turun lebih lemah dari perkiraan -0,1%, terendah sejak Oktober,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (16/2/2024).

Namun, indeks manufaktur Empire State membaik menjadi -2,4 pada bulan Februari, setelah turun ke -43,7 pada bulan Januari, angka terendah sejak Mei 2020. Demikian pula, indeks manufaktur Fed Philadelphia naik menjadi 5,2 di bulan Februari, jauh di atas ekspektasi, setelah naik ke -10,6 di bulan Januari. Angka di bulan Februari adalah yang tertinggi sejak angka 7,7 yang dicapai pada bulan Agustus.

Kemudian, Setelah pembacaan penjualan ritel pada hari Kamis, pejabat Fed masih memperingatkan agar tidak bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa meskipun bank sentral telah membuat kemajuan dalam menurunkan inflasi, dia masih belum siap untuk menyerukan penurunan suku bunga.

Bostic juga mengatakan inflasi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menurun. Komentarnya muncul menjelang data inflasi indeks harga produsen, yang akan dirilis pada hari Jumat.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly juga akan berbicara hari ini. Pejabat Fed telah berulang kali memperingatkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru menaikkan suku bunga, mengingat perekonomian AS, inflasi dan pasar tenaga kerja masih kuat.

Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mencatatkan surplus sebesar USD2,02 miliar selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan ini lebih rendah USD1,27 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu.

Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD3,32 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD1,30 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah.

Sementara itu, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia, yaitu India mengalami surplus sebesar USD1,38 miliar, didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta bijih, terak dan abu logam. Kemudian, Amerika Serikat mengalami surplus sebesar USD1,21 miliar dan Filipina mengalami surplus USD0,63 miliar.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Tiongkok defisit sebesar USD1,38 miliar dengan komoditas utamanya bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, kemudian logam mulia dan perhiasan atau permata. Selanjutnya, Australia mengalami defisit sebesar USD0,43 miliar dan Thailand mengalami defisit sebesar USD0,42 miliar.

Dengan demikian, untuk perdagangan pekan depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup lanjutkan penguatan di rentang Rp15.590 – Rp15.650.

Sumber : economy.okezone.com (fik)

*MRz

banner 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *