Tak Alergi Kritik, Bupati Erwin Sebut Krisis Anggaran Jadi Batu Sandungan

Bupati Parigi Moutong, H. Erwin Burase. Foto : Istimewa

Dialogis.id, Parigi Moutong – Bupati Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, H. Erwin Burase, menyatakan dirinya tak alergi kritik. Menurutnya, kritik adalah pengingat agar pemerintah tak terlena dan bisa memperbaiki kinerja.

“Silakan kritik pemerintahan ini kalau ada hal yang kurang tepat. Kritik itu sangat bagus untuk evaluasi. Sama seperti hidup, semakin banyak teguran membuat kita dewasa dan mawas diri,” ujar Erwin dalam acara peluncuran bantuan isi ulang Gas LPG 3 Kg di Auditorium Kantor Bupati, Rabu, 27 Agustus 2025.

Erwin bahkan mengibaratkan jalan tol yang mulus tetap dipasangi polisi tidur. Bagi dia, kritik berperan seperti pengingat agar perjalanan pemerintahan tidak kebablasan. Namun, pernyataan itu hadir di tengah kondisi Parimo yang justru sedang dihimpit keterbatasan anggaran.

Sejak pemerintah pusat mengetatkan alokasi fiskal, ruang gerak APBD Parimo menyempit. Erwin mengakui situasi ini, sembari menyebut pemerintah daerah masih berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan melakukan lobi ke pusat agar program prioritas tetap berjalan.

Salah satu program yang dijagokan adalah bantuan isi ulang gas LPG 3 Kg. Tahun ini, 20 ribu kepala keluarga (KK) menerima manfaat. Pemda berjanji memperluas hingga 30 ribu KK dengan pola bulanan. Bahkan, Erwin menargetkan dua kali isi ulang per rumah tangga dalam sebulan.

Ambisi itu terdengar manis, tetapi dengan keterbatasan fiskal, janji tersebut berpotensi sulit direalisasikan. Program bantuan gas bisa menjadi sekadar simbol pro-rakyat yang digadang-gadang, namun rentan terhenti bila aliran dana tambahan tak kunjung datang.

“Marilah bersama-sama kita kencangkan ikat pinggang,” kata Erwin. Pernyataan ini, bagi sebagian kalangan, justru menegaskan rapuhnya fondasi keuangan daerah.

Keterbukaan terhadap kritik yang digaungkan sang bupati bisa menjadi sinyal positif. Tetapi ujian sebenarnya ada pada konsistensi pemerintah daerah menjaga program prioritas tetap hidup di tengah krisis anggaran. Tanpa itu, keterbukaan hanya berhenti sebagai retorika, sementara rakyat masih bergantung pada janji isi ulang gas murah.

Laporan : M. Ridwan Sukri

banner 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *