
Dialogis.id, Jakarta – Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, mencoba memecah kebuntuan penanggulangan kemiskinan lewat gagasan “Gerbang Desa” (Gerakan Membangun dari Desa). Program ini diajukan langsung oleh Bupati H. Erwin Burase dalam audiensi dengan Kementerian Sosial (Kemensos), Selasa, 29 Juli 2025, di Jakarta.
Usulan itu lahir dari situasi mendesak. Data 2024 mencatat angka kemiskinan Parimo masih 14,2 persen—lebih tinggi dari rata-rata nasional. Ratusan anak putus sekolah, komunitas adat terpencil terhambat akses layanan dasar, sementara distribusi bantuan sosial saat bencana kerap kacau.
“Yang kami bawa bukan sekadar proposal, tapi harapan ribuan warga desa untuk keluar dari ketertinggalan,” tegas Erwin.
Ada lima usulan besar yang disampaikan: perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan bagi 72.475 jiwa, pembangunan Sekolah Rakyat di atas lahan 19,5 hektare, pendirian Rumah Sejahtera Terpadu, penguatan lumbung sosial di daerah rawan bencana, serta pemberdayaan komunitas adat terpencil.
Wamen Sosial Agus Jabo Priyono menyambut positif ide itu, menyebutnya sebagai “inovasi lokal berbasis desa”. Namun, di balik apresiasi, jalan panjang menanti. Kemensos masih harus memvalidasi data penerima bantuan iuran, meninjau teknis lahan sekolah, hingga menyusun nota kesepahaman lintas kementerian. Semua itu rawan tersendat oleh mekanisme birokrasi dan tarik-menarik regulasi.
Apalagi, integrasi data kesejahteraan masih menghadapi masalah klasik: ketidakcocokan antara data daerah dan pusat. Meski SIKS-NG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation) dijanjikan sebagai solusi, praktik di lapangan kerap berbeda.
Gerbang Desa, jika benar terealisasi, berpotensi menjadi model pembangunan sosial terintegrasi. Tapi tanpa pendanaan berkelanjutan dan konsistensi politik dari pusat, ia bisa berakhir sekadar jargon baru.
Parimo ingin membuktikan diri bukan hanya penerima kebijakan pusat, melainkan daerah yang ikut merancang solusi. Namun, ujian sesungguhnya bukan di meja rapat Jakarta, melainkan di desa-desa yang menunggu perubahan nyata.